Gerakan Praja Muda Karana adalah organisasi kepemudaan yang
berorientasi kepada pengabdian kepada Negara. Tujuan dari Gerakan
Pramuka mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan
mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisiknya
untuk menjadi generasi muda Indonesia yang baik.
Adalah sebuah kewajiban bagi sebuah organisasi untuk mempunyai
tujuan. Tanpa tujuan dan maksud, maka organisasi tersebut tidak akan
mempunyai determinasi untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan dan
cita-cita. Namun, pada dasarnya tujuan dari setiap organisasi berbeda.
Disesuaikan dengan ideologi dan kepentingan dari organisasi yang
menaunginya. Apapun tujuannya, organisasi mengembangkan
pemikiran-pemikiran dari anggotanya yang pada akhirya menjadi kerangka
maksud dan tujuan organisasi.
Dalam kehidupan berorganisasi, selalu ada dinamisasi, contohnya adalah
konflik. Para peneliti dan para Teoris Konflik mencari penyebab
potensial dari persinggungan yang ada di dalam organisasi, ataupun antar
organisasi. Perspektif yang akan dipakai untuk membahas alasan
perumusan tujuan berdirinya Gerakan Pramuka.
Sejarah Organisasi kepanduan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang
“Nederlandse Padvinders Organisatie” (NPO) pada tahun 1912, yang pada
saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri serta
kemudian berganti nama menjadi “Nederlands-Indische Padvinders
Vereeniging” (NIPV) pada tahun 1916. Kenyataan bahwa kepramukaan itu
senapas dengan pergerakan nasional, dapat diperhatikan pada adanya
“Padvinder Muhammadiyah” yang pada 1920 berganti nama menjadi “Hisbul
Wathon” (HW); “Nationale Padvinderij” yang didirikan oleh Budi Utomo;
Syarikat Islam mendirikan “Syarikat Islam Afdeling Padvinderij” yang
kemudian diganti menjadi “Syarikat Islam Afdeling Pandu” dan lebih
dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietishe Padvinderij (NATIPIJ)
didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale
Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.
Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepramukaan Indonesia
baik yang bernafas utama kebangsaan maupun bernafas agama. kepramukaan
yang bernafas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders
Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita
(SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernafas
agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Kepanduan Islam Indonesia
(KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen),
Kepanduan Azas Katholik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia
(KMI).
Banyaknya organisasi kepanduan yang mempunyai orientasi,
kepentingan-kepentingan, dan tujuan-tujuan tertentu membuatnya terlalu
dinamis. Seperti Organisasi kepanduan yang berorientasi agama, politik,
ideologi-ideologi tertentu, dan kepentingan-kepentingan. Dalam
sejarahnya, tidak jarang terjadi persinggungan yang membuat perkumpulan
kepanduan-tersebut melakukan konfrontasi yang akhirnya berujung kepada
ketidakharmonisan hubungan antar pandu. Selain itu, penyusupan ideologi
terlarang juga dapat terjadi di sela-sela konflik yang mengemuka di
tengah-tengah komunitas pandu Nusantara. Dalam rezim orde lama, Soekarno
dikenal sebagai tokoh yang simpatik terhadap paham Komunisme. Dan
dengan banyaknya organiasasi kepanduan, Soekarno mengarahkan mereka agar
masuk ke lingkaran Pioneer (Organisasi Kepanduan yang berorientasi
Komunis). Namun, Tokoh Pemuda Nasional Hussein Mutahar tidak setuju
dengan maksud Soekarno. Hingga akhirnya Organisasi kepanduan Komunis
Pioneer hilang tak berbekas di Indonesia.
Perpecahan terus terjadi di dalam tubuh berbagai Organisasi kepanduan
yang ada di Indonesia. Maksud dan tujuan yang berbeda-beda, buruknya
Manajemen Organisasi, dan hubungan yang selalu tidak harmonis antar
Organisasi, menjadi tiga dari sekian banyak alasan mengapa para Pandu di
Tanah air tidak pernah bersatu. Sejatinya, apabila beberapa kelompok
saling berhubungan, maka akan terjadi perkembangan Organisasi sosial
(Soerjono Soekanto, 1982, hal 137), namun karena perbedaan kepentingan
yang mencolok, maka tidak terjadi perkembangan organisasi sosial.
Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa
tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk
Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja,
menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepramukaan untuk seluruh
bangsa Indonesia dan segera mengadakan Konggres Kesatuan Kepanduan
Indonesia. Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29
Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat
Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh
serta dikuatkan dengan “Janji Ikatan Sakti”, lalu pemerintah RI mengakui
sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan
keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A,
tertanggal 1 Februari 1947. Dengan berbagai dinamika yang mengiringinya,
pada akhirnya terbitlah Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961,
tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan
Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan
menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda
Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang
dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan
Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari
Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus
dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga.
Pentingnya Tujuan dalam suatu organisasi
Kehadiran Gerakan Pramuka sebenarnya mempunyai banyak arti dan manfaat.
Gerakan Pramuka didirikan bukan semata-mata pelarangan atas banyaknya
Organisasi kepanduan yang ada di Indonesia, atau suatu wadah yang
disediakan pemerintah karena alasan tersebut. Namun lebih dari itu,
Gerakan Pramuka dibentuk karena adanya kesepakatan inisiatif antar
gerakan-gerakan kepanduan yang ada di Indonesia pada saat itu. Dan
esensi dari tujuan gerakan Pramuka adalah menyatukan keping persatuan
yang tercerai-berai. Menjadi tonggak awal eksistensi Organisasi
Kepanduan yang terintegrasi secara sistem dan konsep. Menjelma menjadi
sebuah cermin perjuangan bangsa Indonesia.
Dalam konteks kekuatan keanggotaan dan intensitas keikutsertaanya,
Gerakan Pramuka mempunyai anggota yang memiliki loyalitas tinggi, karena
pada hakikatnya mereka diikat oleh janji Tri Satya dan Dasa Dharma
Pramuka yang mempunyai efek mengikat kuat dan menanamkan nilai-nilai
kesetiaan yang dalam kepada anggotanya.
Dalam konteks keorganisasian, Gerakan Pramuka termasuk jenis organisasi
normatif. Karena Organisasi jenis ini bertujuan untuk membantu moral
suatu masyarakat dan memberikan manfaat yang nyata. Seperti dinyatakan
dalam pembukaan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka,
Bahwa kaum muda sebagai potensi bangsa dalam menjaga kelangsungan bangsa
dan negara mempunyai kewajiban melanjutkan perjuangan bersama-sama
orang dewasa berdasarkan kemitraan yang bertanggung jawab.
Bahwa Gerakan Pramuka, sebagai kelanjutan dan pembaruan gerakan
kepanduan nasional, dibentuk karena dorongan kesadaran bertanggung jawab
atas kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan asas Pancasila, Gerakan
Pramuka menyelenggarakan upaya pendidikan bagi kaum muda melalui
kepramukaan, dengan sasaran meningkatkan sumber daya kaum muda,
mewujudkan masyarakat madani, dan melestarikan keutuhan:
- negara kesatuan Republik Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika
- ideologi Pancasila;
- kehidupan rakyat yang rukun dan damai;
- lingkungan hidup di bumi nusantara.
Tujuan dari suatu Organisasi adalah untuk menetapkan rencana
pencapaian dari apa yang diinginkan. Biasanya dipengaruhi oleh banyak
faktor. Kepentingan, mimpi, hasrat, kebutuhan akan kesempurnaan, dan
kesamaan seluruh tujuan tersebut menjadi alasan yang menguatkan suatu
Organisasi berdiri. Namun, tujuan dari suatu Organisasi juga dapat
dirumuskan dan dijadikan dasar pembentukan karena konflik, pengalaman,
peristiwa yang mendasari sebuah Organisasi lahir. Fungsi konflik adalah
sebagai pemicu kreativitas, pemberi tekanan pada situasi yang terjadi,
dan sebagai pembuka pikiran bagi orang-orang yang ingin keluar dari
konflik yang ditimbulkannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar